Gerhana Matahari Cincin
Posted on 7 Januari 2009 by pakarfisika

GMC-mreclipse
AWAS…!!!
JANGAN MENATAP MATAHARI SECARA LANGSUNG
BAIK SEBELUM MAUPUN SELAMA GERHANA
KARENA DAPAT MENIMBULKAN KEBUTAAN
Disebut Gerhana Matahari Cincin (GMC) karena bagian bola Matahari yang tampak dari Bumi layaknya piringan itu tidak seluruhnya tertutup oleh bayang-bayang Bulan. Bagian yang terlihat oleh kita yang di Bumi hanya sebgain kecil seperti sabit bulan tapi ini Matahari, ya seperti sabit matahari gitu. Inilah Cincin dari sebagian cahaya matahari. Sketsa terjadinya Gerhana Matahari kurang lebih sebagai berikut:
Sketsa terjadinya Gerhana Matahari
Ya, kalau kita melihat matahari lalu tertutup oleh rembulan, kita jadi melihat gerhana matahari. Maka kalau kita mau melihat bumi lalu juga tertutup oleh rembulan, jadinya yaa gerhana bumi.
Sebelumnya, kita bicara GMC 26 Januari 2009 ini. Saya di Surakarta, insya Allah akan bisa melihat peristiwa ini dengan cukup sempurna. Sebab peristiwa GMC 2009 ini akan mulai terjadi sekitar jam 15:30 WIB dan mencapai puncak jam 16:40 WIB, lalu usai sekitar menjelang adzan maghrib.
Berikut simulasinya (dilihat dari angkasa):

Animasi GMC 26 Jan 2009
Artinya wilayah2 tersebut akan menyaksikan Matahari tertutupi bundaran Bulan antara 60 – 80 % (nilai persisnya bergantung pada posisi tiap titik di daerah tersebut). Demikian pula, sebagian besar Pulau Jawa akan menyaksikan Gerhana Matahari Cincin inis ebagai gerhana sebagian dimana Matahari tertutupi Bulan hingga > 80 %. Sebagai tambahan, magnitude Gerhana Matahari Cincin ini sendiri, yakni luas permukaan Matahari yang tertutupi bundaran Bulan, adalah 93 %. Artinya di jalur umbra pun kita ‘hanya’ sanggup melihat 93 % cakram Matahari tertutupi Bulan, makanya disebut Gerhana Cincin.
Seluruh wilayah Indonesia ada di sebelah timur garis imajiner 09:30 UT, artinya puncak gerhana baru terjadi selepas pukul 16:30 WIB namun sebelum 16:55 WIB.
Saya ambil contoh misalnya lokasi pengamatan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Disini gerhana bisa diamati sejak pukul 15:21 WIB (ketika kontak umbra mulai terjadi, dimana cakram Bulan mulai menyentuh tepi piringan Matahari) dan berakhir pada pukul 17:52 WIB (ketika kontak umbra berakhir, dimana cakram Bulan tepat sepenuhnya meninggalkan piringan Matahari). Sementara puncak gerhana terjadi pada pukul 16:42 WIB. Untuk tempat2 lainnya di Pulau Sumatra dan Jawa dan Kalimantan (serta Semenanjung Malaysia), waktunya tidak berselisih jauh (paling hanya berbeda beberapa menit, tentu saja setelah dikonversikan dengan standar waktu setempat).
Untuk mangayubagyo Gerhana ini, ya silahkan dipersiapkan untuk melakukan pengamatan dan menjadi saksi hidup kejadian gerhana di Indonesia, yang memang jarang terjadi . Jangan lupa untuk mempersiapkan teknik khusus, karena kita mengamati Matahari, obyek terang yang bisa merusak mata. Untuk anda2 yang Muslim, ya silahkan dikomunikasikan dengan Pengurus/Takmir Masjid setempat dimana anda beraktivitas agar turut menyelenggarakan Shalat Sunnah gerhana Matahari.
Sebagai tambahan, di minggu keempat Januari 2009 itu diprediksikan siklus cuaca anomalik Madden Julian Oscillation yang mendatangkan curah hujan berintensitas tinggi di Indonesia telah kembali. Terlebih lagi gerhana terjadi ketika Matahari berada pada ketinggian nan rendah di atas horizon. Maka peluang langit tertutup awan cukup tinggi. Namun jangan pesimistis dulu lah. Di antara langit2 nyang gelap tertutup awan, tentu ada yang cerah dan bisa melihat gerhana.
Potongan animasi di atas bila kita lihat dari Bumi adalah (Lokasi Surakarta, Jam dalam UT+7):

GMC 26-1-09 dari Surakarta
Melalui Planetarium Starrynight, saya coba melihatnya dari beberapa wilayah. Dengan pembesaran (zooming) tingkat maksimal.
Puncak Gerhana Matahari Cincin 26 Jan 2009 dilihat dari Solo jam 16:40 WIB (Surakarta dan sekitarnya):

Puncak GMC 26 Januari 2009 dari Surakarta
Bila jarak pandang normal dan menggunakan alat bantu yang aman, kira2 gmc itu seperti ini:

Matahari laksana cincin saat GMC
Nah, untuk bisa mensyukuri nikmat Ilaahi ini, ada baiknya kita membuat alat sederhana untuk bisa melihat dengan selamat. Memang saat puncak, kita bisa saja melihat sesaat tanpa alat bantu dengan selamat, tetapi proses sebelum dan setelahnya bisa menyilaukan mata kita. Belum lagi radiasi infrarednya. Berikut alat yang bisa kita buat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar